Gen Z Lebih Melampiaskan Emosi Melalui Sosial Media – Kemajuan teknologi, terutama media sosial, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat modern, terutama di kalangan remaja. Pada tahun 2025, sekitar 72,7% remaja 207 juta orang akan secara teratur menggunakan ponsel dan mengakses berbagai platform media sosial, seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. Remaja adalah generasi terbesar yang aktif berinteraksi di ruang digital ini. Meskipun media sosial memiliki banyak efek positif, seperti memperluas jaringan komunikasi, menyediakan platform untuk ekspresi diri, dan menyediakan hiburan, ia juga memiliki banyak efek negatif, terutama pada kesehatan mental.
Salah satu gangguan umum adalah depresi yang disebabkan oleh cyberbullying, yang tersebar luas di ruang virtual. Fenomena ini menyoroti pentingnya bersikap sadar dan bijaksana dalam menggunakan media sosial untuk menghindari stres psikologis jangka panjang. Kehidupan sosial manusia secara inheren membutuhkan interaksi, dan media sosial menyediakan ruang baru untuk komunikasi yang cepat dan tanpa batas. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja, terutama mereka yang berada pada tahap perkembangan emosional yang rentan.
Paparan komentar negatif, perundungan siber, dan tuntutan citra diri yang berlebihan telah terbukti meningkatkan tingkat kecemasan, stres, dan depresi. Namun, tidak dapat disangkal bahwa media sosial menawarkan manfaat yang signifikan, seperti memfasilitasi komunikasi, menyediakan wadah kreativitas, dan menumbuhkan kesadaran sosial di kalangan anak muda. Sebagaimana dijelaskan Imelda Rama (2021), komunikasi adalah proses penyampaian pesan, baik secara langsung maupun melalui media. Kehadiran media sosial menyediakan wadah bagi remaja untuk mengekspresikan emosi, berbagi pengalaman sehari-hari dalam bentuk foto dan video, serta menyampaikan pendapat di kolom komentar.
Kondisi Sosial Media Dari Penggunaan Gen Z
Kebebasan ini seringkali disalahgunakan, sehingga menghasilkan komentar negatif yang tidak mempertimbangkan dampak psikologis penerimanya, yang dapat memicu kecemasan berlebih. Kesehatan mental sangat penting bagi remaja. Kesehatan mental yang baik memungkinkan mereka menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih tenang, mempertahankan hubungan sosial yang berkualitas, dan merasakan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Mengenali tanda-tanda gangguan mental sangat penting bagi remaja untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serta mendapatkan dukungan yang tepat. Faktor eksternal, seperti lingkungan sosial, memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk kondisi mental seseorang.
Lingkungan yang sehat mendukung kesehatan mental yang baik, sementara lingkungan yang buruk dapat menciptakan kerentanan terhadap penyakit mental. Media sosial, faktor eksternal yang tertanam kuat dalam kehidupan sehari-hari, telah terbukti memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental pengguna. Media sosial didefinisikan sebagai alat digital yang memfasilitasi interaksi sosial virtual dengan pola komunikasi dua arah. Selain berfungsi sebagai media pribadi, media sosial juga banyak digunakan oleh bisnis untuk pemasaran dan penyebaran informasi terkini.
Interkoneksi aplikasi berbasis web dan seluler memungkinkan orang terhubung melalui platform seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Telegram, Twitter, dan TikTok. Menurut data yang ditafsirkan oleh Prambols, WhatsApp adalah platform media sosial terpopuler di Indonesia. Dengan pangsa pengguna sebesar 92,1%, diikuti oleh Instagram sebesar 86,5% dan TikTok sebesar 70,8%. Tingkat penetrasi yang tinggi ini menunjukkan peran penting media sosial dalam kehidupan masyarakat. Efek positif media sosial meliputi peningkatan interaksi interpersonal, peningkatan kreativitas, dan pembinaan kesadaran sosial.
Kecenderungan Gen Z Emosi Melalui Sosial Media
Namun, dampak negatifnya, seperti peningkatan risiko penyakit mental, perundungan siber, dan berkurangnya privasi pribadi, tidak dapat diabaikan. Remaja seringkali tidak menyadari konsekuensi jangka panjang dari kebiasaan mereka menghabiskan banyak waktu di media sosial. Keterbukaan akses informasi ini semakin membahayakan privasi pribadi. Situasi ini diperparah oleh fakta bahwa remaja cenderung tidak menyadari ancaman psikologis yang ditimbulkan oleh kebiasaan-kebiasaan ini. Pieper dan Youden (2006) menyatakan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi di mana seseorang tidak terbebani oleh rasa bersalah yang berlebihan.
Gen Z Lebih Melampiaskan Emosi Melalui Sosial Media. Mampu menerima kekurangannya sendiri, mampu menghadapi tantangan hidup, dan mampu mencapai kebahagiaan dalam kehidupan sosial. Ada berbagai cara untuk mengurangi dampak negatif media sosial, termasuk mengedukasi masyarakat tentang penggunaan media sosial yang sehat, membatasi waktu penggunaan layar, menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga dan teman, mengurangi penggunaan scrolling yang berlebihan, melakukan aktivitas fisik dan hobi di dunia nyata, serta memilih konten positif dan menghindari konten yang merugikan.